Beranda » Peralatan Gambarku » Melanjutkan Mengenai Alat Gambar

Melanjutkan Mengenai Alat Gambar

Hai!

Aku mau melanjutkan tulisan mengenai alat gambar yang pernah kutampilkan di blog ini.

Kemarin-kemarin aku menemukan bahwa kertas manuskrip mirip seperti yang ada di Jepang ternyata sudah diproduksi di Indonesia dan dijual. Aku baru menemukannya di toko buku Paperclip sih, mungkin di Kinokuniya juga ada; buatan perusahaan Indonesia namanya Creative Work atau apa gitu… aku lupa. Ukurannya A4, bobotnya 200 gr/m2, per kemasan isinya 40 lembar; harganya Rp 35000. Lumayan mahal juga, tapi bagus kok. Lebih cocok jika dibilang doujinshi paper, bukan manuscript paper; soalnya manuscript paper yang untuk mangaka profesional biasanya berukuran B4.

Akhir-akhir ini aku baru menyadari bahwa harga drawing pen Sakura Pigma Micron naik, lumayan drastis lagi, hiks… apalagi yang tipe Brush atau kalau orang Jepang menyebutnya fude pen. Kemarin aku juga lihat merk impor, Copic; gila bagus banget garis tintanya, rapi dan tidak bleber; tapi harga tentu saja menjadi kendala.

Untuk menyuplai kebutuhan gambar-menggambar, toko buku dan alat tulis Paperclip cukup memadai kok. Harga memang sedikit lebih mahal dibandingkan toko buku lain, bahkan Gramedia; tetapi variasinya banyak. Sayang cabang Paperclip terbatas baru ada di mal-mal terkenal di Jakarta; aku hanya tahu Paperclip di Pondok Indah Mall dan Summarecon Mal Serpong. Aku lupa; mungkin di Kelapa Gading juga ada. Kalau Kinokuniya hanya ada di Plaza Senayan, di atas Sogo. Ada cabang lain, tapi aku lupa di mal apa; sepertinya bukan di daerah Jabotabek.

Untuk yang mau mencoba menggambar pertama kalinya, nggak usah keder dulu dengan pembahasan mengenai berbagai alat seperti yang pernah kusebut. Aku juga Cuma cerita; nggak semuanya aku punya secara pribadi.

Yang terpenting, untuk pertama kali menggambar, harus punya niat. Gini-gini, aku baru bisa ngomong doang, hehe… komik juga baru jadi sekitar 30 halaman. Syukur banget, scanner kunoku ternyata masih bisa dipakai; jadi aku bisa langsung scan komikku ke komputer dan finishing pake Adobe.

Secara teknis, alat pertama dan terpenting yang harus dimiliki sebelum menggambar manga atau komik adalah pensil, penghapus, penggaris, kertas, dan pena. Pena juga tidak harus pena gambar khusus; bolpoin juga bisa kalau mau. Tapi aku sih tidak terlalu menyarankan bolpoin, soalnya tintanya mudah menggumpal dan sering meninggalkan noda kuning di kertas setelah lama disimpan. Yang sering pake bolpoin merk Faster pasti tahu.

Spidol bisa jadi pilihan untuk pengganti pena gambar; tetapi garisnya tebal dan sulit diatur tebal-tipisnya; selain itu spidol tuh luntur, tidak waterproof. Buat yang mau mewarnai gambarnya pake cat air atau cat poster, jangan meninta pake spidol; bisa-bisa luntur abis. Dulu teman sekelasku yang juga sama-sama suka bikin komik pake spidol untuk meninta; hasilnya bagus juga, asalkan kita bisa dan tahu triknya.

Technical pen atau pena teknis semacam Rotring Rapidograph dan Isograph atau Staedtler juga bisa dipakai. Hasil goresannya rapi, bagus, dan akurat; tintanya jelas waterproof. Pena semacam ini lebih cocok untuk menggambar detail dan background dibandingkan untuk menggambar karakter. Aku tidak terlalu menyarankannya, karena biaya tinta dan perawatannya mahal. Aku punya dua ukuran Rapidograph, 0.1 dan 0.3, sekarang kusimpan dulu, soalnya tintanya habis dan harga cartridge tintanya naik. Aku malas beli 😛

Pena gambar merk Snowman bisa dibilang yang termurah (meski sekarang sudah tidak lagi sih…) dari semua pena gambar di pasaran. Hasil garisnya bagus, tetapi agak bleber kalau kita tidak bisa mengontrolnya. Tintanya relatif waterproof. Ada berbagai ukuran, mulai dari 0.1 sampai 1.0. yang tipe marker juga ada; tapi sebaiknya jangan yang itu soalnya garis tintanya tebal banget. Nanti malah tembus dari kertas lagi.

Merk Yohken dan Simbalion harganya sedikit lebih mahal dibandingkan Snowman; dengan tinta waterproof, hasil garis lebih bagus dan tidak bleber. Menurut opiniku, Yohken lebih mendingan dibandingkan Simbalion; yang terakhir ini punya kecenderungan tintanya cepat menipis menjelang habis dan masa pakainya singkat (cepat habis). Ukurannya juga bervariasi mulai dari 0.1 sampai 1.0.

Sakura Pigma Micron merupakan pena gambar terbagus yang pernah kucoba (dengan Copic menjadi yang lebih bagus; hanya saja aku belum pernah mencoba menggambar pake itu, baru mencoba menggariskannya saja); tintanya tahan lama dan waterproof, garisnya bagus, tidak bleber, dan variasi penanya paling banyak. Ukurannya tersedia dari 0.05 sampai 1.0, dengan tambahan tipe Brush atau kuas. Harganya juga yang paling mahal; dan hanya tersedia di toko-toko buku besar. Koleksi paling lengkap bahkan hanya ada di Gramedia cabang yang besar dan lengkap, Paperclip, dan Kinokuniya. Cabang Gramedia yang lebih kecil atau toko-toko buku seperti Karisma dan Toko Gunung Agung biasanya tidak menjual stok Sakura Pigma Micron.

Aku juga pernah liat merk Mitsubishi Boxy; masih satu keluarga dengan pulpen Boxy yang sering kita lihat; tapi aku nggak pernah beli itu soalnya tintanya luntur. Aku selalu mencoba luntur atau tidaknya tinta pena (waterproof atau nggak) sebelum beli; biasanya pake ludah, hehehe… penasaran?? Jangan ditanya deh caranya gimana, soalnya rada jorok 😀

Untuk kertas, nggak usah langsung pengen ngebet beli kertas manuskrip mentang-mentang sekarang sudah ada yang bikin di Indonesia. Kertas HVS buat fotokopi atau kertas gambar juga jadi; ukuran biasanya A4. Kalau bisa pakailah kertas dengan bobot 80 gram/m2 atau lebih; jangan kurang dari itu; kalau kertasnya ketipisan, hasilnya juga bisa jadi nggak bagus. Cuman kalau pake kertas polos biasa, kita harus bikin garis-garis penandanya sendiri.

Garis penanda biasanya ada 2 jenis; yang ini jujur saja aku sendiri juga tidak terlalu yakin, soalnya tiap buku tutorial dan standar tiap penerbit komik beda sih (atau mungkin sama, tetapi teknisnya tidak terlalu dibahas).

Yang pertama adalah garis batas cetak; ini adalah garis yang menandai karyamu yang bakal dicetak menjadi buku komik. Segala coretan dan gambar di luar batas garis ini tidak akan tercetak atau istilahnya ‘terpotong’; jadi pastikan bahwa karyamu tidak melewati garis ini. Aku biasanya pakai garis batas cetak sejauh kurang lebih 2 cm dari tepi kertas ukuran A4. Kalau untuk yang B4, aku kurang tahu.

Yang kedua adalah garis batas panel; garis ini berfungsi menandai atau membatasi letak panel-panel dalam komikmu. Bisa saja sih kamu menggambar di luar garis ini, tetapi masih dalam lingkup garis batas cetak; hasilnya bakal jadi gambar tak berpanel atau panel lepas. Aku biasanya menggunakan garis batas panel sejauh 1.5 cm atau paling sedikit 1 cm dari garis batas cetak.

Untuk pensil, pilihannya banyak dan bebas. Bisa pakai pensil biasa atau pensil mekanik. Pilih pensil yang ukurannya minimal B; paling enak sih 2B. Pensil tipe H, HB, atau F biasanya meninggalkan ‘noda’ garis di kertas setelah dihapus; yang bisa mengganggu pas penintaan dan pencetakan nantinya. Tapi terserah juga sih… asalkan bisa mengendalikan kekuatan tekanan tangan ketika menggambar, bisa juga pakai pensil-pensil bergrafit keras macam pensil HB. Aku sih nggak terlalu suka; sulit dihapus.

Penghapus, sama seperti pensil, pilihannya banyak dan bebas. Pilih penghapus yang enak digenggam dan hasil hapusannya bersih, tidak meninggalkan noda hitam atau merah ketika dipakai. Jangan pakai penghapus fancy, yang ukuran dan bentuknya lucu-lucu dan aromanya wangi itu! Hasil hapusannya kotor dan tidak maksimal.

Pakai saja penghapus karet semacam Staedtler Rasoplast atau Mars Plastic; ini yang aku biasanya pakai. Merk Faber Castell juga bagus; tetapi pilih yang ukurannya agak besar dan jenisnya vynil eraser; penghapus FC yang biasanya sering disertakan dalam paket EBTANAS sering nggak enak dipakai dan meninggalkan noda hitam ketika dipakai menghapus; aku tahu dari pengalaman pribadi. Merk-merk lain semacam Maped, Stabilo, Pentel, Lyra, dan Kenko juga bisa dipakai; hanya saja merk Maped dan Kenko kadang meninggalkan noda hitam bekas hapusan. Pentel dan Lyra lumayan bagus, sedangkan Stabilo merupakan merk standar (alias biasa saja). Yah, ini hanya opini saja ya; aku pernah mencoba semua merk itu; dan yang paling enak adalah Staedtler. Aku juga suka Boxy; tetapi penghapus hitam ini mahal dan cepat habis; padahal hasil hapusannya paling bersih dan enak dipakai.

Untuk penggaris, pilih penggaris yang transparan dan punya tepi tinta. Fungsi tepi tinta adalah menghindarkan tinta penamu bleber ketika kamu meninta garis dan semacamnya dengan bantuan penggaris. Cara pakainya adalah dengan dibalik, sehingga tepi yang tajam ada di bagian atas dan tepi landainya ada di bawah; sehingga mata pena tidak langsung menyentuh tepi tajam penggaris, yang biasanya berakibat blebernya tinta ketika penggaris diseret pas lagi ninta. Oh ya, kalau kamu kerja pakai cutter, sediakan juga ekstra satu penggaris logam untuk membantumu memotong. Kalau pakai penggaris plastik, bisa hancur; pengalaman pribadi nih, aku menghancurkan beberapa penggaris plastik pas lagi pakai cutter.

Nah, itu adalah peralatan standar yang harus dimiliki kalau mau bikin komik. Beli saja yang ada dan yang murah, asal bisa dipakai. Ngapain beli mahal-mahal, kalau akhirnya nanti jarang dipakai??

Oke sampai sini dulu cuap-cuapnya. Kapan-kapan aku kasih pembahasan lagi mengenai alat-alat lainnya, tentunya dari opiniku. Selamat menggambar!

Salam, Dea.

N.B. Tadinya artikel ini ada di bagian Tulisan, tapi saya pindahkan supaya lebih mudah mengaksesnya. 🙂

15 thoughts on “Melanjutkan Mengenai Alat Gambar

  1. Halo, Dea-san.. saya cuma punya blog di blogger sih, hehe. Dea-san tau nggak kalo ada Kikokuniya di PIM? Oiya, kadang ada produk di Kikokuniya yang lebih mahal dari tempat lain. Saya mau ngobrol lebih banyak dengan Dea-san.

    • ya, kinokuniya juga ada di PIM. tetapi setelah mencoba main ke sana, selain mahal, banyak produk di sana yang lebih mengarah ke stationery biasa atau fancy, dan bukan alat gambar serius (sejujurnya saya agak kecewa 😦 ).

  2. maaf nih mas/mba, kan saya ini kebetulan baru beli alat gambar satu set rotring isograph…..nah yang jadi pertanyaan, worthed nggak kira kira kalo tuh pena di pakai buat nulis nulis biasa selain gambar detail dan apakah itu pena bagus buat sketching ? soalnya saya juga punya drawing pen merek lain tapi tintanya sering meleber ga jelas gitu di kertas dan niatnya sih mau coba beli drawing pen micron juga haha

    • kalo soal worthy atau tidak, tergantung persepsi masing2 ya, merasa rugi atau tidak satu set isograph berharga lumayan itu hanya untuk menulis biasa. kalo untuk sketching karakter, bisa saja, meski kurang fleksibel. soalnya fungsi rapido pen itu lebih ke arah gambar desain dan arsitektur. drawing pennya merk apa? coba juga di berbagai merk kertas HVS, bisa juga meleber karena jenis kertasnya tidak terlalu bagus. satu saran agar tinta tidak meleber adalah dengan menggunakan tekanan ringan ketika meninta 🙂

  3. Hello Mba/Mas, saya mau beli Drawing Pen Sakura Pigma Micron di Jakarta bisa dapat dimana ya? Karena saya sudah coba ke Gramedia Central Park dan Ambasador tidak dijual. Saya mau beli untuk adik saya. Thanks.

    • Coba Gramedia n Paperclip Pdk Indah, mbak. Biasanya d setiap Gramed ada stok Sakura Pigma Micron, tp bila tdk ada yaa cb dicari d gramed lain. Paperclip Summarecon Serpong jg ada yg paket manga pennya.

    • bentuk tidak jauh beda, hanya isi tintanya yg beda. isograph pakai tinta isi ulang, ada botol tintanya, kita isikan ke dalam tabung kapiler di dalamnya. sedangkan rapidograph pakai sistem cartridge tinta, kapiler tintanya sekali pakai, kalo habis buang. dari segi ekonomi, isograph lebih untung sih. cuma agak repot pas isi ulang tinta, kita harus lebih sering membersihkan bagian dalam pena dan sebagainya 🙂

Tinggalkan komentar